TAMBRAUW, KALAWAI NEWS. COM, – Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya dan Provinsi Papua Barat diminta serius menangani dua akses jalan yang terputus yakni Jalan Sayam, Distrik Welem Rombout dan Jembatan Penyeberangan Kali Wariori yang rusak pasca meluapnya air sungai akibat tingginya curah hujan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tambrauw, Thomas Kofiaga mengatakan akibat terputusnya dua akses jalan penghubung lintas provinsi di Tambrauw menyebabkan petani kesulitan memasarkan komoditinya keluar dari Tambrauw.
Ia meminta dua pemerintah provinsi untuk secara serius menyelesaikan dan mencari jalan keluar untuk akses Jalan Sayam maupun Jembatan Wariori. Pasalnya dua akses jalan ini menjadi denyut nadi perekonomian masyarakat.
“Kita minta supaya Pemprov PBD dan PB serius menangani jalan Sayam dan Jembatan Wariori karena menjadi satu-satunya akses penghubung antar wilayah,” ujarnya melalui sambungan telepon pada Senin, 28/5/2024.
Kofiaga melanjutkan kondisi medan Tambrauw yang menantang dari sisi geografis membutuhkan adanya aksi lapangan. Diakuinya dampak kerusakan jalan baik di Sayam maupun Jembatan Wariori berdampak secara langsung pada perekonomian masyarakat petani.
Pihaknya terus berupaya agar mendorong petani untuk berdaya saing dengan hasil komoditi dari luar Papua. Namun karena kendala jalan menjadi faktor penghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi.
“Hasil pertanian masyarakat tidak kalah seperti padi ladang, rica dengan kacang dan sayuran namun terkendala akses jalan,” bebernya.
Senada dengan itu, Kepala Distrik Kebar, Dolfinus Ajoi menguraikan dampak rusaknya akses jalan juga berimbas pada keterlambatan pasokan solar sehingga penerangan Listrik di malam hari menjadi terganggu. Pasalnya Truk Solar yang dibawa dari Manokwari terhambat Jembatan Wariori yang tengah rusak.
“Di Kebar mulai pemadaman pada malam hari kita harapkan kondisi jalan segera diperbaiki agar semua kembali normal,” ungkapnya.
Dolfinus bersyukur terganggunya akses jalan tidak berdampak langsung pada kenaikan harga sembako di wilayah Kebar raya. Sejauh pantauannya harga barang masih dapat dikendalikan dan belum terjadi lonjakan harga.
“Pedagang di wilayah Kebar belum menaikan harga sembako. Memang yang terasa sekali itu petani sayur dan mama – mama yang biasa bawa jualan ke kota, praktis menjadi terkendala dan hanya bisa menjual di dalam kampung. Kami harapkan Pemprov baik PBD maupun PB serius perhatikan kondisi ini,” tutupnya. (AJOI/KN01)